Significance of Youth Solidarity and Fighting Against Racism: Tema Mataf Hubungan Internasional 2020

October 1, 2020, oleh: admin Fisipol

Mataf Program Studi Hubungan Internasional UMY (HI UMY) 2020, telah terlaksana pada Rabu (30/9) kemarin. Sebanyak kurang lebih 400 peserta mataf hadir pada live streaming melalui Zoom. Pada mataf kali ini, tema yang menjadi isu dan bahasan adalah Significance of Youth Solidarity and Fighting Against Racism, tema tersebut berangkat dari kasus rasisme yang hangat di hubungan internasional, baik di lingkup domestik maupun global. Amar Ramadhan Munaiseche, selaku ketua panitia mataf HI 2020 menjelaskan alasan mengapa tema mengenai rasisme ditetapkan, dia menuturkan, “Pada dasarnya, praktik rasisme ini ada di setiap sudut dunia. Rasis ideologi ras merupakan anggapan bahwa secara biologis ada ras yang memiliki faktor keunggulan, kemampuan, dan kualitas. Dan selama kita masih berpikir bahwa budaya etnis atau warna kulit berpengaruh pada kemampuan, sikap, motivasi, bahkan cara berpikir dan gaya hidup, maka rasisme akan selalu dijadikan akar pola pikir manusia yang sulit dihapuskan.”

Dari penuturan tersebut, Amar menambahkan bahwa peran pemuda sangatlah penting dalam melakukan perubahan pola pikir yang telah terbentuk terdahulu. Di mana, ujarnya, pemuda merupakan agent of change dalam lingkungan masyarakat ke arah yang lebih baik tehadap isu lingkungan sekitar. Lebih lanjut Amar menjabarkan, “Pemuda harus berusaha untuk dapat memaknai dan meningkatkan nilai-nilai solidaritas dan mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Salah satunya dengan menghargai perbedaan biologis yang melekat pada ras manusia, dan bahwa suatu ras tertentu tidak boleh memiliki rasa superior dan tidak boleh memiliki hak untuk mengatur ras lainnya.”

Meski seluruh mataf kali ini, baik di tingkat universitas, fakultas, dan jurusan dikonsepkan secara online, gelora semangat mahasiswa-mahasiswi baru HI tahun ajaran 2020/2021 tetap semarak. Ini dapat dinilai dari penyelesaian tugas tim delegasi tiap mahasiswa yang sedia menuntaskan tugas masing-masing delegasinya, seperti pembuatan short video presentation juga antusiasme pertanyaan yang datang dari mahasiswa-mahasiswi baru kepada pembicara mataf HI.

Pembicara pada mataf HI tahun ini hadir dari tim kurikulum HI UMY dan pembicara tema mataf itu sendiri, yakni Sugito, S.IP., M.Si dari goverment perspective, Andreas Harsono seorang aktivasi dari Human Right Watch, dan mahasiswa berprestasi, Anisa Sovia, dibarengi dengan pengenalan Korps Mahasiswa Hubungan Internasional UMY atau Komahi, juga Forum Komunikasi Mahasiswa Hubungan Internasional Indonesia (FKMHII) dari presidium nasional Koorwil IV, Audry Maura, sekaligus sharing session bersama Muhammad Reza Amba.

Keberhasilan pelaksanaan mataf HI 2020 bukan tanpa kendala, terlebih karena konsep online yang harus diterapkan demi pencegahan penyebaran virus COVID-19. Kendala yang dilalui tim panitia mataf HI, disebutkan oleh Amar salah satunya adalah kurangnya pengetahuan akan penerapan media, yang mana berguna untuk pengoperasian live streaming. Untuk itu, panitia mataf HI UMY terlebih dahulu belajar dan bekerja sama dengan IK UMY dan Prodi. Di sisi lain, ada hal menarik terkait konsep daring mataf HI, Amar menyebutkan, “Yang unik, karena ini perdana (mataf online), panitia memiliki pengalaman baru baik dalam melakukan dan mempersiapkan rapat-rapat secara online, juga dari pesertanya yang semuanya harus berinteraksi melalui virtual, untuk tugas delegasi dan sebagainya.”

Dengan adanya mataf yang mengusung tema solidaritas dan perang melawan rasisme, Amar berpesan kepada mahasiswa-mahasiswi baru, “Semoga gerak langkah awal ini menjadi niat teman-teman untuk mencari ilmu dan melakukan proses belajar di program studi ini. Dan melalui mataf ini, semoga teman-teman bisa melakukan sebuah perubahan yang tentunya akan membawa kita menjadi lebih baik dari yang sebelumnya. Walau mataf kita dilakukan secara online, tetapi semoga nilai-nilai solidaritas tetap tumbuh di antara teman teman mahasiswa baru, terlebih solidaritas untuk melawan rasisme, ini bisa dilakukan melalui media sosial yang dimiliki, karena di zaman yang serba canggih peran media sudah sangat luar biasa sekali untuk memberikan perubahan yang bersar,” tutup Amar. (rki)