Student of the week

December 20, 2011, oleh: admin Fisipol

Anak Tidore itu bernama ‘UPI’
Namanya Jufri ‘UPI’ A sangaji, lelaki kalem kelahiran Susupu, Maluku Utara, 1 Juli 1993 ini tengah menempuh pendidikan S1 nya di jurusan Hubungan Internasional UMY. Masuk pada tahun 2010, sehingga ia kini berada di semester III.
Logat asli Tidore nya begitu kental selama sesi wawancara, karena memang ia berasal dari Tidore, tepatnya di daerah Tomalou, Tidore Selatan. Setelah merampungkan SMA di Pon-Pes Harisul – Khairat di Tidore, ia kemudian melanjutkan studinya ke Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Ia memang sudah tahu lama tentang kampus kita tercinta, karena sang kakak juga berkampus di UMY , tepatnya di jurusan Ekonomi.
Pilihan hatinya jatuh kepada Jurusan HI ketika ia duduk di ruang pendaftaran dan melihat brosur jurusan HI. Niatnya untuk memperdalam pengetahuan tentang dunia dan hubungan antar Negara yang sebelumnya tidak ia dapatkan semasa SMA, membuatnya bersemangat sekali untuk medaftar.
Lelaki yang terlihat kalem ini pertama kali mendaftar di antar oleh sang Ibu, setelah selesai dengan urusan kos beserta seluruh peralatan sehari – hari, sang Ibu pun pulang. Perasaan sedih langsung saja menghantui hari – harinya, namun, kehadiran kawan – kawan satu daerahnya cepat saja menyembuhkan kesedihannya.
Banyak hal yang harus ia sesuaikan ketika memulai studinya di Jurusan HI, untung saja ada satu teman asal Maluku Utara yang meskipun tidak tepat satu daerah namun dialek bahasa tak jauh beda, “itu yang membuat saya nyaman” Ujar Upi tersenyum.
Pengetahuan ia tidak dapatkan hanya di bangku kuliah, ia kemudian nyantri di Rausyan Fikr Institute, yang merupakan yayasan Islamic philosophic and Mysticisms. Yayasan ini di kenalnya pertama kali dari seseorang yang bernama Haikal, saat ia mengobrol di Kantin Fsipol.  Baginya, Filsafat itu merupakan pengetahuan yang terstruktur secara hakiki. Dimana pengetahuan itu muncul dan hakikat pengetahuan itu sebenarnya.
Selain mempelajari filsafat, sejak awal Upi sudah tertarik dengan dunia organisasi yang disebutnya sebagai pergerakan sejak  masa SMA nya. Ia mulai tertarik dengan dunia sosial yang terus  terwacana dan semakin ia kenal. Ia suka ber organsiasi, dan bergabung dalam beberapa organisasi ,mulai dari KOMAHI, BEM FISIPOL dan HMI Kom. Tunas Bangsa.
Meskipun ia begitu mencintai dunia pergerakan yang lebih memfokuskan diri pada aksi nyata dari pada pergerakan internal organisasi, ia tetap tidak menyetujui aksi keos dalam penyampaian aksi. “ dalam penyampaian aksi, harusnya melalui prosedur organisasi yang benar”. Begitu ungkap Upi.
Terkait dengan kerisuhan yang terjadi beberapa hari lalu di Lobby Fisipol, dan berlanjut di halaman gedung Rektorat, Upi menanggapinya dengan cukup serius. Sejak awal ia sudah menghimbau teman – temannya yang berada di FKMK untuk tidak mengambil tindakan yang tidak sesuai dengan prosedur. “masalah itu kan awalnya adalah masalah pribadi, berupa skorsing yang dijatuhkan kepada beberapa teman yang kebetulan anggota FKMK, menurut hemat saya, yang perlu dilakukan adalah pendekatan pribadi, sesuai prosedur pribadi, bukan organisasi”, jelasnya.
Ia memang menyatakan solider dengan teman – teman Organda ( organisasi daerah) yang tergabung dalam FKMK, namun tidak serta merta ia menyetujui segala aksi dan tindakan teman – temannya. Jalan damai merupakan cara yang terbaik.
Ke depannya, ia punya satu cita – cita yang ingin ia capai, menjadi Dosen Ilmu Sosial dan Politik di Universitas Muhammadiyah Maluku Utara (UMMU). Kita doakan semoga UPI cepat lulus, tercapai cita – citanya dan sukses. Amin.