Membangun Kultur Politik dalam Menciptakan Pemimpin Ideal

December 28, 2011, oleh: admin Fisipol

FOLMASPI selenggarakan ‘Dialog Negriku’ : Membangun Kultur Politik dalam Menciptakan Pemimpin Ideal.
FOLMASPI (Forum Lembaga Mahasiswa Ilmu Sosial dan Politik Indonesia) yang telah berdiri sejak 2 tahun lalu mulai mengambil bagian dalam kancah nasional. Terbukti dengan seminar yang diselenggarakan di Gedung AR. Fachruddin B, lantai 5 pada Selasa (27/12/11). Seminar bertajuk membangun kultur polituk dalam menciptakan pemimpin ideal tersebut dihadiri oleh Mahasiswa Fisipol dari berbagai universitas dalam regional Jateng – DIY.
Sekjen FOLSMAPI Reginaol Jateng, Zulfikar Mufti  dalam sambutannya menyatakan terselenggaranya seminar ini beranjak dari kegelisahan rakyat Indonesia, terkait sistem politik saat ini, yang membuat cita – cita demokrasi 1998 seakan menjauh. “Harapan kami, agar ada gagasan2 segar, ide – ide baru dari seminar ini untuk masukan dalam mencari pemimpin ideal tahun 2014 nanti”, ungkap Mufti.
Dalam sambutannya Dekan Fisipol UMY, Dr. Achmad Nurmadi mengapresiasi kegiatan mahasiswa Fisipol tersebut, menurutnya momen ini terasa begitu penting, terkait banyaknya problem yang tengah melilit bangsa ini. “Saya yakin, anda sekalian adalah mahasiswa akan memegang kendali. Namun ada beberapa catatan.  Banyak alumni – alumni mahasiswa yang ketika masih menjadi mahasiwa begitu aktif sekali membela kepentingan rakyat, namun ketika telah menjabat, mereka lupa akan semangat itu” ujar NNurmandi. Hal itu menurutnya terjadi karena virus kkn politikus senior.
Hadir pula Buya Syafi’I Maarif selaku key note speaker, beliau menekankan permasalahan pembangunan yang dirasa begitu timpang. “ Memepertanyakan soal membangun Indonesia, selama konsentrasi pembangunan baik ekonomi maupun politik masih di Jawa, tidak aka nada harapan untuk itu!” ungkapnya. Menurutnya, permasalahan utamanya adalah, pemimpin indonesia melihat Indonesia hanya Jakarta saja. Dibuktikan denga peredaran uang yang masih lebih dari 50 % di Jakarta saja.
Sebagai pembicara pertama, Ganjar Pranowo, Anggota DPR RI menyampaikan beberapa permasalah terkait krisis kepeminpinan yang terjadi di Indonesia. “Pola koalisi yang buruk, yang mudah goyah dengan kasus – kasus yang kemudian muncul dan menjajal ketahanan koalisi tersebut” ungkap Ganjar.
Ganjar juga menambahkan perlunya peningkatan fungsi dalam tubuh parlemen sendiri. “Banyangkan, hanya untuk korum saja parlemen harus minimal menunggu selama 1 jam, bagaimana bisa bekerja dengan baik kalau terus sepeti itu?”,Ungkapnya.
Menurut Ganjar, masalah masyarakat Indonesia adalah menganggap anak muda kurang ‘nendang’, bahkan seoarang Anis Baswedan dengan program Indonesia mengajarnya saja belum mampu meraih perhatian masyarakat Indonesia. Masalanya, anak muda yang baru mucul ini sudah di ‘serang’, bagiamana proses kepemimpinan matang  itu bisa tercipta.
Sebenarnya tidak ada masalah dinasti dalam politik, juga terkait permasalahan antara yang tua dan muda, yang penting menurut Ganjar adalah, seorang calon itu memang harus disiapkan jadi pemimpin, baik pendidikan, pengalaman dan dalam kebiasaan sehari – harinya.
Diambahkan oleh M. Adde Wirasenjaya dalam sesi akhir dialog, bahwa dalam menciptakan kultur politik harusnya di butuhkan apa yang disebut partai politik dalam melakukan sosialisasi dan pendidikan politik, namun, seperti panggang jauh dari api, hal itu jauh dari harapan. Menurutnya, saat ini instrument yang tepat di jadikan alat sosialisasi politik adalah dosen mahasiswa ilmu politik, beserta seluruh Mahasiswa Ilmu sosial dan Politik.
Pemilu 2014 terasa semakin dekat, meskipun masih 2 tahun lagi. Diharapkan sebagian wakil rakyat, presiden mewakili generasi yang lahir pada tahun 80’an yang masih merasakan betul rasanya menjadi Negara yang tidak demokratis, sehingga ia akan betul – betul melaksanakan demokrasi dengan sebaik – baiknya.
Kedepannya, forum ini akan di sikluskan hingga menjelang pemilu 2014. Sekitar 9 kali pertemuan akan dicanangkan, Mulai dari Jogja, Semarang, Purwokerto dan seterusnya.