Jawa atau Luar Jawa bukan masalah, yang penting Tegas!

December 26, 2011, oleh: admin Fisipol

Jawa atau Luar Jawa bukan masalah, yang penting Tegas!
Laporan polling seminar akhir tahun ‘Capres Ideal versi Wong Jogja’
Gedung A.R Fachruddin, Lt.5, Kamis ( 22/12/11).
Laboratorium Ilmu Pemerintahan FISIPOL UMY kembali menggelar seminar akhir tahun yang mengangkat tema hot terkait krisis kepemimpinan saat ini. Polling yang berjudul capres ideal versi wong Jogja ini di lakukan sejak tanggal 29 November hingga 6 Desember 2011. Pemilihan D.I.Y  sebagai daerah di lakukan nya polling karena Yogya merupakan daerah yang di asumsikan memiliki kultur yang begitu kental, me representasikan sebagian besar masyarakat jawa pada umumnya.
Dalam penyampaian presentasi yang di moderator oleh Pimred SKH Kedaulatan Rakyat Drs. Octo Lampito, MPd tersebut, ada beberapa presentator yang menyampaikan ulasan terkait polling yang telah dilaksanakan. Diawali dengan penyampaian hasil polling oleh tim Lab. Ilmu Pemerintahan UMY. Hasil polling pemimpin ideal versi wong jogja ini berupa harapan warga jogja terkait pemimpin yang mereka inginkan pada tahun 2014 mendatang. Dari segi karakter, warga jogja menginginkan pemimpin yang tegas, berani mengambil resiko, visioner dan responsive. Sedangkan factor pendukung, berupa latar belakang akademisi, pendidikan minimal S1, dan merupakan seorang laki – laki. Sedangkan factor asal daerah, mereka tidak mempermasalahkan, baik Jawa maupun luar Jawa. Mereka juga tidak mempermasalahkan baik pemimpin itu berasal dari kalangan Sipil atau Militer.
Presentator selanjutnya adalah Bapak Drs. Suswanta, MSi yang menyampaikan 3 problem kepemiminan yang terjadi di Indonesia. Salah satunya adalah minimya ketauladanan dari sang Pemimpin. “akhir – akhir ini kita masyarakat Indonesia disuguhkan pesta besar mantu Bapak Presiden yang terasa begitu mewah, dan menurut saya itu bukan tauladan yang baik bagi masyarakat Indonesia”, ungkap Bapak Suswanta.
Pada sesi selanjutnya, bapak Juhari Menyampaikan fakta yang mungkin sedikit tidak sesuai dengan hasil polling. Pengalaman menunjukkan bahwa orang jogja mempunyai cara fikirnya sendiri, sehingga presiden yang mereka pilih adalah presiden yang tidak bikin gaduh dalam arti kata tenang dan mencintai perdamaian. Karakter selanjutnya adalah sifat mengayomi atau ngemong, yang merupakan refleksi dari responsivitas Pemimpin.
Kita lihat saja 2014 mendatang, siapa calon yang akan memenangkan hati masyarakat jogja.